Menggali Peran Tokoh Wanita dalam Donghua Battle Through the Heavens

Ketika mendengar nama Battle Through the Heavens (BTTH) atau Doupo Cangqiong, kebanyakan orang langsung teringat pada sosok Xiao Yan—sang tokoh utama yang menantang takdir dan tumbuh dari nol menjadi pejuang kelas atas. Tapi di balik semua pertarungan epik dan plot penuh kultivasi itu, ada satu hal yang kerap luput dari perhatian penonton rekomendasi donghua seru ini: kekuatan dan kedalaman karakter perempuan dalam dunia BTTH.

Salah satu rekomendasi Donghua ini, yang diadaptasi dari novel karya Tian Can Tu Dou, memang sangat fokus pada karakter laki-laki. Tapi bukan berarti tokoh wanitanya hanya jadi pemanis atau sekadar “love interest.” Justru, banyak dari mereka punya peran penting dalam perkembangan cerita, karakter utama, bahkan dunia politik dan kekuatan di alam Dou Qi itu sendiri.

Tokoh Wanita di Donghua BTTH

Artikel ini akan membongkar sisi lain dari donghua BTTH—bukan dari pedang atau teknik kultivasi, tapi dari perspektif karakter wanita yang seringkali underrated. Karena di balik aura misterius dan pertarungan antar klan, para perempuan di BTTH punya kekuatan sendiri—baik dalam arti literal maupun simbolis.


Yun Yun: Antara Tanggung Jawab dan Cinta yang Tak Terucap

Yun Yun bukan hanya sekadar guru besar dari Sekte Awan Kabut (Yun Lan Sect), dia adalah contoh karakter yang penuh dilema. Di awal cerita, ia berada di posisi yang sangat sulit: antara setia pada sektenya, atau mengikuti perasaan terhadap Xiao Yan. Sebagai pemimpin wanita, Yun Yun menunjukkan bahwa menjadi kuat bukan hanya soal otot atau level Dou Qi, tapi juga tentang keputusan sulit dan kesediaan mengorbankan perasaan pribadi.

Yang bikin menarik, Yun Yun tidak langsung menjadi “tim sukses” Xiao Yan. Dia berdiri sebagai karakter dengan prinsip sendiri, dan bahkan sempat menjadi lawan Xiao Yan karena konflik antara keluarga Xiao dan sektenya. Karakter seperti ini jarang ditemui di donghua sejenis, karena biasanya tokoh perempuan langsung jadi pendukung setia tokoh utama.

Di musim-musim terbaru BTTH, Yun Yun mulai menunjukkan sisi yang lebih lembut dan reflektif. Tapi jangan salah, posisinya sebagai salah satu pemimpin perempuan terkuat masih solid. Dalam survei penggemar BTTH di Tiongkok pada awal 2025, Yun Yun tetap masuk 5 besar tokoh wanita paling berpengaruh—bukan karena romantisnya, tapi karena kedewasaan sikapnya.


Medusa / Queen Medusa / Cai Lin: Simbol Kekuasaan dan Transformasi

Medusa atau Cai Lin adalah contoh lain tokoh perempuan yang menolak dikerdilkan oleh narasi romantis. Awalnya dia diperkenalkan sebagai pemimpin suku Ular yang dingin, penuh kekuasaan, dan punya ambisi besar. Tapi seiring cerita berkembang, dia justru mengalami transformasi paling kompleks: dari musuh, menjadi sekutu, hingga menjadi pasangan hidup Xiao Yan.

Yang unik, perubahan Medusa bukan hasil manipulasi cinta. Ia tumbuh karena dinamika cerita dan pilihan personal yang masuk akal. Bahkan, transformasinya dari ratu ular menjadi manusia setengah ular menggambarkan metafora tentang konflik batin, penyesuaian, dan kompromi antara kekuasaan dan perasaan.

Cai Lin juga punya kekuatan tempur yang luar biasa, dan sering menjadi ujung tombak dalam pertempuran besar. Banyak penonton setuju bahwa tanpa kehadirannya, jalan Xiao Yan akan jauh lebih sulit—dan bukan cuma dari sisi emosional, tapi juga strategi dan kekuatan politik.


Xiao Xun’er: Loyalitas, Warisan, dan Kesabaran yang Kuat

Di awal cerita, banyak yang mengira Xiao Xun’er hanya karakter gadis manis yang tergila-gila pada tokoh utama. Tapi semakin dalam kita mengikuti BTTH, semakin terlihat bahwa Xun’er adalah simbol kekuatan diam-diam. Ia berasal dari klan Gu, salah satu klan tertua dan terkuat di dunia BTTH, dan sejak kecil menyembunyikan identitasnya demi menemani Xiao Yan.

Fakta menarik: dalam perkembangan cerita, Xun’er bukan hanya setia, tapi juga sangat kompeten sebagai kultivator. Di saat banyak tokoh pria di sekitarnya jatuh karena ambisi atau konflik, Xun’er tetap konsisten sebagai support system yang tidak pernah memaksa, tapi juga tidak pernah mundur.

Tahun 2025 ini, donghua BTTH menunjukkan lebih banyak adegan Xun’er beraksi—dan banyak penggemar merasa ini adalah waktu yang tepat. Karakter seperti Xun’er menunjukkan bahwa kekuatan bisa hadir dalam bentuk kesetiaan dan pengorbanan, tanpa perlu jadi sosok yang beringas di medan perang.


Tokoh Pendukung Wanita Lain: Kilas Balik Keputusan dan Panggung Mereka

Selain tiga tokoh utama di atas, ada juga karakter-karakter perempuan pendukung lain yang patut disorot, seperti:

  • Hai Bodong (Queen Yafei): Perwakilan dari dunia bisnis dan politik di pasar lelang. Karakternya sering menjadi jembatan antara dunia bawah dan kekuatan tersembunyi.

  • Yao Chen (Guang Yue Mei): Walau lebih dikenal sebagai guru Xiao Yan, karakternya memberikan ruang penting bagi tokoh-tokoh wanita untuk terlibat dalam lingkaran kultivasi tingkat tinggi.

  • Mu Qing Luan: Salah satu pendekar wanita yang mewakili sisi tradisional dan etika tinggi dunia seni bela diri.

Mereka mungkin tidak selalu muncul di layar secara reguler, tapi setiap kehadiran mereka membawa dampak—baik secara naratif maupun dalam memperkuat struktur dunia BTTH yang kompleks.


Perempuan dalam Donghua BTTH: Representasi yang Mulai Berubah?

Kalau kita bandingkan dengan donghua rilisan awal 2010-an, peran perempuan di BTTH jauh lebih berkembang. Mereka tidak lagi hanya muncul sebagai pemicu konflik atau pemanis layar. Tahun 2025 ini, banyak tokoh wanita mendapatkan latar belakang yang kuat, motivasi pribadi yang logis, dan peran yang lebih setara.

Ini menunjukkan tren positif dalam penulisan donghua modern—di mana karakter wanita tak lagi dibatasi pada stereotip. Di BTTH, mereka bisa jadi pemimpin, pejuang, kekasih, sekaligus manusia biasa dengan kompleksitas emosi dan pertimbangan moral.


Penutup: Saatnya Melihat Donghua BTTH dari Kaca Mata Lain

Kita memang terbiasa melihat donghua seperti Battle Through the Heavens dari sisi aksi, teknik kultivasi, dan pertarungan epik. Tapi kalau kamu mau sedikit menurunkan kecepatan dan memperhatikan interaksi serta peran para tokoh wanita di dalamnya, kamu akan menemukan lapisan cerita yang lebih dalam dan manusiawi.

Tokoh-tokoh seperti Yun Yun, Medusa, dan Xun’er bukan hanya membuat cerita lebih berwarna, tapi juga memberi inspirasi—tentang kesetiaan, transformasi, dan pilihan hidup yang tidak selalu hitam-putih. Mereka adalah representasi bahwa perempuan dalam donghua juga bisa punya pengaruh besar, tanpa harus mengorbankan karakter mereka sendiri.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *