Kita sering banget denger istilah “Dinas Lingkungan Hidup” atau disingkat DLH, apalagi kalau udah masuk musim penghujan dan kota mulai banjir. Tapi kalau ditanya, sebenarnya kerjaan DLH itu ngapain aja sih? Banyak dari kita mungkin cuma tahu DLH sebagai “tukang bersihin kota” atau “yang urus sampah.” Padahal, peran mereka jauh lebih kompleks dan strategis dari itu.
Dalam keseharian kita, lingkungan yang bersih dan sehat sering kali dianggap “biasa aja.” Kita jarang sadar bahwa di balik udara yang masih layak hirup, sungai yang belum penuh limbah, dan ruang terbuka hijau yang masih bisa dipakai jogging, ada kerja keras dan strategi panjang yang dilakukan oleh DLH. Dan kerja mereka bukan semata soal teknis lapangan, tapi juga menyentuh kebijakan, edukasi masyarakat, sampai upaya penyelamatan lingkungan jangka panjang.
Mengenal DLH
Masalahnya, peran DLH sering kali terpinggirkan atau bahkan disalahpahami. Di saat krisis lingkungan makin nyata—mulai dari perubahan iklim, sampah plastik, hingga kualitas udara yang memburuk—kita justru butuh memahami dan mendukung peran DLH dengan lebih serius. Artikel ini bakal ngebedah peranan Dinas Lingkungan Hidup dari sisi yang jarang dibahas, dengan pendekatan yang membumi dan relevan buat kehidupan kita sehari-hari.
1. Dinas Lingkungan Hidup: Lebih dari Sekadar Petugas Kebersihan Kota
Dikutip dari dlhi.co.id DLH adalah institusi pemerintah daerah yang bertanggung jawab atas pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup. Tapi jangan bayangin mereka cuma sebatas urusan sapu jalan. DLH punya peran strategis dalam merancang dan mengawasi kebijakan yang menyangkut:
Pengelolaan sampah dan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun)
Pemantauan kualitas udara, air, dan tanah
Pengendalian pencemaran lingkungan
Konservasi keanekaragaman hayati
Edukasi dan advokasi lingkungan ke masyarakat
Penegakan hukum terhadap pelanggaran lingkungan
DLH bekerja lintas sektor: mereka berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan soal dampak polusi udara terhadap kesehatan, dengan Dinas Pendidikan untuk memasukkan pendidikan lingkungan ke sekolah, bahkan dengan Dinas Pekerjaan Umum dalam pembangunan drainase ramah lingkungan. Jadi jelas, DLH adalah “otak” sekaligus “tangan” dari kebijakan ekologi daerah.
2. Fakta Terbaru: Beban DLH Makin Berat di Tengah Krisis Iklim
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) per 2024, jumlah daerah dengan indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH) yang buruk meningkat jadi 22,3%. Masalah utamanya datang dari penurunan kualitas udara dan krisis sampah plastik. DLH di tingkat kota dan kabupaten jadi garda depan buat ngatasin masalah ini.
Contohnya, DLH Kota Surabaya menggagas “Tukar Sampah dengan Sembako”, yang sukses menurunkan timbunan sampah rumah tangga sebanyak 18% dalam setahun. Di sisi lain, DLH DKI Jakarta mengembangkan sistem pemantauan kualitas udara real-time lewat sensor yang terhubung ke aplikasi publik. Langkah-langkah seperti ini nggak cuma teknis, tapi menunjukkan bagaimana DLH menggabungkan teknologi, literasi masyarakat, dan kebijakan publik jadi satu kesatuan strategi lingkungan.
3. Di Balik Kualitas Udara yang Kita Hirup Setiap Hari
Mungkin kita ngerasa udara Jakarta atau kota besar lainnya makin pengap. Itu bukan cuma perasaan. Berdasarkan indeks AirVisual IQAir, Jakarta beberapa kali masuk 10 besar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. DLH punya tugas berat untuk ngurangin pencemaran dari sumber-sumber utama: kendaraan bermotor, industri, dan pembakaran sampah.
DLH nggak bisa kerja sendiri. Maka dari itu, mereka menggalakkan program uji emisi kendaraan bermotor, mendorong penggunaan transportasi publik ramah lingkungan, dan mendesak pabrik untuk memasang cerobong ramah lingkungan. Di balik itu semua, ada data yang dikumpulkan terus menerus, laporan masyarakat yang diproses, dan penegakan aturan yang kadang juga berhadapan dengan kepentingan ekonomi.
4. Jantungnya Pengelolaan Sampah di Indonesia
Peran DLH dalam mengelola sampah sangat sentral. Apalagi setelah Indonesia dinobatkan sebagai penghasil sampah plastik kedua terbesar di dunia. Menurut Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), timbunan sampah nasional tahun 2023 mencapai 68 juta ton, dan hanya 13% yang berhasil didaur ulang.
DLH hadir lewat program Bank Sampah, TPS 3R (reduce, reuse, recycle), sampai kampanye “zero waste to landfill.” Tapi tantangannya bukan cuma soal pengumpulan sampah, melainkan mengubah pola pikir masyarakat. Bayangin aja, masih banyak orang buang sampah sembarangan, padahal udah disediakan pemilahan organik dan anorganik.
Maka dari itu, edukasi dan penyuluhan jadi bagian integral peran DLH. Mereka rutin bikin pelatihan di kelurahan, sekolah, bahkan lewat sosial media. Harapannya, generasi muda bisa jadi motor perubahan pola konsumsi dan pengelolaan sampah.
5. Merancang Ruang Terbuka Hijau dan Konservasi Alam
Ruang terbuka hijau (RTH) itu bukan cuma taman buat selfie. Ia adalah paru-paru kota. Idealnya, menurut UU No. 26 Tahun 2007, setiap kota harus punya minimal 30% lahan sebagai RTH. Tapi kenyataannya, banyak kota di Indonesia belum mencapai angka itu.
DLH-lah yang mengidentifikasi, merancang, dan memelihara RTH. Mereka juga yang mengatur zonasi agar kawasan resapan air tetap terlindungi. Misalnya, DLH Kota Bandung sukses menambah 16 taman tematik baru dalam 2 tahun terakhir, sekaligus memperluas kawasan konservasi Cikapundung yang menjadi habitat penting burung endemik.
Di luar kota, DLH tingkat provinsi juga bekerja di area hutan, mangrove, dan kawasan rawan longsor. Mereka terlibat dalam rehabilitasi lahan kritis, penanaman pohon, hingga patroli pencegahan illegal logging. Semua ini berdampak langsung ke mitigasi bencana dan ketahanan ekosistem lokal.
6. DLH sebagai Mediator Lingkungan dalam Dunia Industri
Kalau perusahaan besar ingin mendirikan pabrik atau proyek properti, mereka wajib punya dokumen AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Dan siapa yang mengevaluasi itu? Ya, DLH.
Mereka bukan sekadar pemberi izin, tapi juga pengawas dan penegak regulasi. DLH bisa menolak izin jika proyek dianggap berdampak negatif terhadap lingkungan. Mereka juga bisa memberikan sanksi administratif atau bahkan laporan hukum jika ada pelanggaran.
Dalam konteks ekonomi berkelanjutan, DLH menjadi jembatan antara kepentingan bisnis dan kelestarian lingkungan. Ini peran yang berat karena sering kali ada tarik ulur antara investasi dan konservasi. Tapi inilah titik di mana DLH menunjukkan integritas dan visi jangka panjang.
Penutup: Saatnya Kita Ikut Ambil Bagian
Dinas Lingkungan Hidup bukan sekadar institusi birokrasi. Mereka adalah garda depan penjaga bumi versi lokal. Dari udara yang kita hirup, air yang kita minum, sampai taman tempat anak-anak kita bermain—semuanya berada dalam radar kerja DLH. Tapi upaya mereka tidak akan cukup kalau masyarakat masih bersikap cuek atau sekadar menonton dari pinggir.
Sekarang saatnya kita lihat DLH bukan cuma sebagai “dinas pemerintah,” tapi sebagai mitra gerakan perubahan. Kita bisa mulai dari hal kecil: memilah sampah, ikut bersih-bersih lingkungan, atau sekadar menyebarkan informasi positif tentang gerakan hijau. Dukungan publik bisa memperkuat kinerja DLH, sekaligus mempercepat transformasi kota kita menuju lingkungan yang sehat, hijau, dan berkelanjutan.
Yuk, kenali dan dukung kerja Dinas Lingkungan Hidup di daerahmu. Mulai dari sekarang, kita nggak cuma jadi penonton—tapi bagian dari solusi.
Kalau kamu mau bahas lebih lanjut soal program DLH di daerah kamu atau pengen ikutan gerakan lingkungan, boleh banget diskusi bareng di sini!