Yogyakarta Independent School menggelar pameran Diploma Programme Visual Art Exhibition yang dilaksanakan pada hari Senin 10 Maret 2025 di Multipurpose Room YIS. Event ini dirancang untuk memberikan siswa kesempatan untuk menunjukkan pemahaman dan keterampilan mereka dalam dalam bidang yang mereka inginkan, dalam hal ini pameran yang digelar sekolah internasional di Yogyakarta ini menampilkan keterampilan siswa di bidang visual art.
Pejabat Kepala Sekolah YIS, Ibu Veronika Swanti dalam sambutannya menjelaskan program ini merupakan program rutin di sekolah untuk memberikan kesempatan siswa unjuk kemampuan, melatih kepercayaan diri dan menelurkan gagasan mereka dalam bentuk karya. Ibu Swanti percaya bahwa seni bukan hanya sekedar karya tetapi juga kebahagiaan dalam menuangkan ekspresi mereka menjadi sesuatu yang bisa dinikmati bersama. Visual Art Exhibition merupakan puncak dari proses pembelajaran seni bagi siswa International Baccalaureate.
Visual Art Exhibiton Sebagai Bagian dari Pembelajaran IB
Pameran kali ini menampilkan karya utama dari dua siswa kelas Diploma Programme (setara SMA) yaitu Ziva Zain dan Rindu Najwa Nararya. Bagi kedua siswa, seni adalah sebuah perjalanan untuk mencapai mimpi mereka. Dan di pameran ini menjadi kesempatan untuk Ziva dan Rindu menampilkan apa yang telah mereka pelajari selama belajar di Diploma Programme YIS.
Ada beberapa karya yang mereka tampilkan, Ziva mengerjakan 11 karya dan Rindu membuat 9 karya, Karya-karya tersebut selain dituangkan dalam canvas juga dalam bentuk 3D printing. Untuk karya dalam bentuk 3D ini, Ziva memerlukan riset yang cukup lama terutama karena karyanya berupa 3D bukan sekedar 2 dimensi saja. Setelah printing 3D dilakukan ia tetap harus melakukan finishing karyanya agar lebih menarik. Ziva menjelaskan untuk bisa menggelar pameran kali ini mereka mengerjakannya dalam jangka waktu 2 tahun.
Pembuatan karya selama itu tentunya merangkum proses pembelajaran mereka selama belajar di Diploma Programme YIS, karya-karya tersebut mencerminkan harapan, mimpi, keseharian dan kondisi yang mereka rekam dalam kehidupan lingkungan di sekitar. Kedua siswa melalui proses yang panjang dan mendalam dalam menciptakan karya-karya mereka, mulai dari penelitian, eksperimen, hingga produksi akhir.
Rindu, yang merupakan siswa Indonesia menyebutkan selain proses pengerjaan dilakukan di sekolah dan di rumah, untuk menyelesaikan project ini mereka juga dibantu oleh Bapak Herli Setiawan selaku Art Teacher. Dalam project ini dia berkesempatan untuk merealisasikan ide-idenya dan mengkomunikasikan hasil karyanya kepada audience yang beragam mulai dari teman sebaya, adik kelas hingga parents yang hadir.
Jadi, visual art exhibition yang digelar siswa yang belajar dengan kurikulum International Baccalaureate tidak hanya sekedar kemampuan membuat karya, tetapi juga bagaimana mereka mempresentasikan karya, mengkomunikasikan ide dari karya tersebut sehingga dapat memberikan pemahaman kepada orang lain.
Di sisi lain, feedback yang didapat dari pengunjung pameran akan memberikan masukan berharga mengenai pencapaian belajar mereka, sekaligus menjadi refleksi pembelajaran, agar mereka dapat menemukan apa yang kuat dan di bagian apa yang masih lemah dalam menuangkan karya-karya tersebut.
Proses persiapan pameran membantu siswa mengembangkan keterampilan penting seperti perencanaan, manajemen waktu, dan presentasi. Siswa sekolah internasional di Yogyakarta ini juga belajar bagaimana mengkurasi karya mereka, menata ruang pameran, dan tentu saja berkomunikasi dengan audiens.
Selain karya Ziva dan Rindu, Yogyakarta Independent School juga menampilkan beberapa karya dari Secondary Student (setara SMP) untuk karya-karya tersebut menurut Pak Herli berbeda dengan yang ditampilkan kedua siswa DP, project karya Secondary Student dikerjakan dalam kurun waktu 1 semester. Tidak hanya sekedar menuangkan karya dalam bentuk oil painting dalam canvas, siswa juga menggunakan materi pasir dalam karya lukisnya.
Penggunaan pasir yang dilem ke dalam kanvas menurut pak Herli agar memberikan efek 3D mencontoh relief yang ada dalam candi, dimana relief dalam candi menggambarkan kehidupan sosial pada masanya, harapannya karya-karya siswa ini juga dapat merekam kehidupan dan realitas sosial yang terjadi di era sekarang dari sudut pandang seorang pelajar.
Karya yang tak kalah unik adalah lukisan yang dibuat dari potongan kertas dan kemudian dibakar sebagian, ditempel menjadi sebuah lukisan kolase 3D yang unik, menurut pak Herli, tidak ada batasan dalam bentuk karya yang dipamerkan siswa selama memenuhi unsur visual art. Hal ini menunjukkan siswa memiliki kebebasan untuk memilih tema dan gaya yang sesuai dengan minat mereka.
Setelah menikmati karya-karya siswa, pengunjung dan siswa berkesempatan untuk melakukan art expression di kain yang dibentangkan di koridor YIS, siswa, guru dan pengunjung diperkenankan mencoretkan ekspresinya dalam bentuk lukisan disana. Tak hanya siswa Diploma dan Middle Years Programme yang ikut ambil bagian tetapi juga siswa Early Years Programme (setara sekolah dasar) turut ambil bagian mencoretkan kuas mereka ke dalam kanvas.
Tamu undangan seperti Parents juga menikmati alunan musik yang dimainkan oleh siswa YIS selama acara. Acara yang berakhir pada pukul 12.30 ini mencerminkan kreatifitas siswa sekolah internasional di Yogyakarta dalam menuangkan ekspresi mereka secara kreatif. Visual Art Exhibition IBDP bukan hanya sekadar acara pameran, tetapi juga pengalaman belajar yang berharga bagi siswa.Pameran ini menjadi bukti komitmen sekolah dalam mendukung pengembangan seni dan kreativitas siswa.